Jadi Pendidik Pertama Generasi Bangsa, Rachmat Hidayat Tanamkan Nilai Empat Pilar Kebangsaan pada Kaum Perempuan di Lombok
MATARAM - Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan H Rachmat Hidayat merayakan kemajuan dan keberhasilan yang telah dicapai oleh para perempuan di Pulau Lombok bersamaan dengan sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan. Sosialisasi juga menjadi bagian dari peringatan Hari Ibu yang dirayakan di seluruh Indonesia pada 22 Desember.
“Momen sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan ini juga sekaligus menjadi refleksi bahwa pada peringatan Hari Ibu ini, masih banyak hal yang harus kita lakukan bersama agar perempuan-perempuan di Pulau Lombok bisa terus berperan sejajar dengan laki-laki dalam mengisi lini kehidupan,” imbuh Anggota Komisi VIII DPR RI tersebut.
Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan tersebut digelar di Mataram pada Rabu (21/12/2022). Hadir sejumlah tokoh perempuan di Pulau Lombok, dan juga para kader perempuan PDI Perjuangan di Pulau Seribu Masjid. Adapun narasumber dalam sosialisasi ini, selain Rachmat, menghadirkan pula akademisi Universitas Budi Luhur Jakarta Hakam Ali Niazi.
Rachmat yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan NTB mengatakan, Empat Pilar Kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan tiang penyangga yang menjadi panutan dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia. Pancasila adalah ideologi dan dasar negara. UUD 1945 adalah konstitusi negara. NKRI sebagai bentuk negara. Dan Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan negara.
Tokoh kharismatik Bumi Gora ini menegaskan, kaum perempuan memiliki peran yang sangat vital dalam menggerakkan roda pembangunan daerah. Perempuan adalah pendidik pertama seluruh generasi bangsa. Karena itu, menjadikan kaum perempuan memiliki pengetahuan yang memadai tentang nilai-nilai ideologi Pancasila, NKRI, dan Kebhinnekaan, adalah investasi yang tak akan ternilai harganya.
Selain itu, menurut Rachmat, kaum perempuan merupakan sumber daya potensial yang mampu berkontribusi setara dalam pembangunan. Dan yang tak kalah penting, perempuan juga fondasi kuat bagi tumbuhnya generasi yang berkualitas.
“Jangan lupa, perempuan sesungguhnya adalah pemersatu bangsa. Maju mundurnya bangsa ini sangat tergantung pada kaum perempuan," tegas Rachmat.
Karena itu, peringatan Hari Ibu bukan saja peringatan untuk mengucapkan terima kasih atas jasa para ibu yang begitu istimewa dan memuliakan mereka . Tetapi lebih dari itu, peringatan Hari Ibu bertujuan mendorong semua pemangku kepentingan dan masyarakat luas untuk memberikan perhatian dan pengakuan akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor pembangunan.
“Peringatan Hari Ibu sesungguhnya merupakan suatu bentuk apresiasi bagi semua perempuan Indonesia, atas peran, dedikasi, serta kontribusinya bagi keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara,” katanya menekankan.
Tak lupa pula pada kesempatan yang sama, Rachmat mengajak seluruh hadirin untuk terus menjaga dan merawat Empat Pilar Kebangsaan. Cara terbaik adalah dengan mengamalkannya. Caranya pun tak perlu wah. Melainkan bisa dilakukan dengan cara yang sederhana tapi memiliki makna yang sangat luar biasa. Semisal dengan membantu sesama, membantu tetangga.
“Membantulah dengan apa yang kita bisa,” ucapnya.
Pada kesempatan sosialisasi tersebut, mengemuka pula bagaimana sejarah tercetusnya Empat Pilar Kebangsaan yang diprakarsai oleh almarhum Taufiq Kiemas, Ketua MPR yang terpilih secara aklamasi pada tahun 2009. Setelah terpilih, Taufiq secara maraton kemudian melakukan berbagai rapat dengan ketua fraksi MPR untuk membuat sebuah program sosialisasi Undang-Undang Dasar 1945 dan juga Pancasila.
Dari situlah kemudian gagasan Empat Pilar Kebangsaan berawal. Gagasan ini dibuat untuk menunjukkan betapa pentingnya menjaga kesatuan dan persatuan serta mengamalkan Pancasila oleh seluruh elemen Bangsa Indonesia.
Akademisi Universitas Budi Luhur Jakarta, Hakam Ali Niazi menjelaskan bahwa sosialisasi empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara adalah sosialisasi tentang Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD Tahun 1945 sebagai konstitusi negara. NKRI sebagai bentuk negara yang bersifat final dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai sistem sosial bangsa Indonesia.
Hakam mengemukakan, penyebutan Empat Pilar Kebangsaan tidaklah dimaksudkan bahwa keempat pilar tersebut memiliki kedudukan yang sederajat. Karena setiap pilar memiliki tingkat, fungsi dan konteks yang berbeda.
Dalam hal ini, Pancasila diposisikan sebagai ideologi dan dasar negara yang kedudukannya berada di atas tiga pilar lainnya. Dimasukkannya pancasila sebagai bagian dari Empat Pilar untuk menjelaskan adanya landasan ideologi dan dasar negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Pancasila menjadi pedoman penuntun bagi pilar-pilar kebangsaan dan kenegaraan lainnya,” kata Hakam.
Dengan sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang menyasar kaum perempuan di Pulau Lombok, Hakam menekankan, bahwa hal ini menjadi penegas bahwa perempuan juga mempunyai kesempatan, akses, serta peluang yang sama seperti laki-laki sebagai sumber daya pembangunan.
“Sosialisasi ini akan mendorong kaum ibu untuk terus menjalankan fungsinya sebagai pendidik pertama generasi penerus. Ibu bisa memanfaatkan ruang yang setara untuk berkontribusi optimal bagi bangsa,” tandas Hakam.
Setelah penyampaian materi dari narasumber, sosialisasi ini pun kemudian dirangkai dengan tanya jawab dari seluruh peserta yang hadir. Tanya jawab pun berlangsung dengan sangat interaktif.(ZR-05)
Tidak ada komentar
Posting Komentar