Menyiapkan Relawan Tangguh Dalam Kontestasi Pilkada
Oleh: Munir Husen (Dosen Universitas Muhammadiyah Bima) |
Pilkada 2024 semakin dekat, partisipasi masyarakat sangat penting membangun eksistensi demokrasi di tingkat lokal. Sejatinya demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Rakyat akan menentukan pilihan pemimpin sesuai dengan hati nuraninya.
Partisipasi masyarakat dalam konteks Pilkada merupakan kunci sukses memilih pemimpin. Tidak ada demokrasi tanpa partisipasi rakyat, semakin banyak rakyat ikut memilih semakin kuat legitimasi pemimpin.
Setiap Pemilu lima tahun sekali posisi relawan politik menjadi hal menarik dikaji dari aspek implementasinya hal ini sangat penting, sebab relawan politik salah satu garda terdepan bersentuhan langsung dengan pemilih .
Relawan Politik merupakan manifestasi keterlibatan warga dalam aktivitas politik di ruang publik. Nima Eliashop menyebutkan relawan politik memiliki kecendrungan untuk menyelesaikan persoalan secara langsung pada obyek yang dituju (Fardian Andi).
Pada dasarnya seorang relawan bekerja dengan hatinya dan melanjukan aktivitas berdasarkan panggilan moral. Jiwa yang dimiliki para relawan dapat menjadi aspek kunci dari masyarakat sipil dalam upaya pelembagaan demokrasi partisipatoris. (https://news.detik.com/kolom).
Relawan politik merupakan kumpulan berbagai macam person, memiliki pandangan dan pilihan yang sama, mensukseskan pesta demokrasi diikat dengan ikatan moral yang kuat untuk ikut memenangkan pasangan calon kepala daerah yang diusungnya.
Saat ini, relawan politik sudah menjadi salah satu bagian dalam dinamika perpolitikan di Indonesia. Relawan politik merupakan sebuah kelompok yang dibentuk untuk mendukung paslon diluar struktur formal menurut undang-undang (htttps://www.balairungpress.com).
Relawan politik perlu memiliki buku pintar yang menjadi pedoman mensistimasikan klaster pemilih yang banyak jenisnya, klaster pemilih perlu dikuasi betul karena setiap klaster pemilih memiliki ciri khas sendiri-sendiri. Spesikasi kalaster pemilih pendekatannya berbeda satu dengan lainnya.
Setelah memiliki data klaster pemilih maka dilakukan pembagian tugas, sehingga relawan politik tidak berkumpul pada satu titik bagaikan kelompok arisan, karena perkumpulan relawan yang tidak memiliki solusi maka sangat tidak bermanfaat sama sekali bagi calon kepala daerah.
Dengan demikian relawan politik bisa memperkirakan berapa besar jumlah pemilih yang bisa memberikan kontribusi suara pada saat pencoblosan di masing-masing TPS. Relawan harus mampu merawat masa pemilih, bukan hal yang mudah ditengah kondisi Pilkada saat ini.
Relawan politik harus memiliki branding calon kepala daerah, bagaimana gagasan-gagasan serta kebijakan calon kepala daerah, janji politik, kontrak politik, yang ditawarkan pada masyarakat. Hal ini memiliki korelasi dengan klaster pemilih yang menjadi target relawan.
Didalam kontestasi Pilkada, calon kepala daerah sudah membentuk tim kerja terdiri dari tim inti perumus kebijakan umum termasuk visi dan misi calon kepala daerah, dibentuk sesuai spesifikasi pengalaman, keahlian dan keilmuannya.
Tim kerja kcalon kepala daerah juga membentuk tim relawan politik dari elemen masyarakat, atas dasar kesamaan visi dan misi, pemikiran, ide serta gagasan dengan calon kepala daerah. Relawan akan bekerja sepenuh hati tanpa pamrih meraih untuk kemenangan.
Relawan politik merupakan salah satu ujung tombak bagi calon kepala daerah, relawan politik sangat faham bahwa tidak semua pemilih dekat dengan Parpol atau pasangan calon. Relawan politik salah satu penentu kemenangan pasangan calon.
Sentuhan kerja relawan politik terpanggil untuk bergerak di masyarakat menjadi sangat penting, bisa menciptakan iklim simbiosis mutualisme yang sarat dengan kebersamaan pada kepentingsn yang sama. Disinilah letak strategisnya posisi relawan politik.
Memang tidak mudah menjadi relawan politik, relawan harus mampu menterjemahkan visi, misi serta gagasan, calon kepala daerah. Gerbang utama dan penentu proyek keberhasilan Calon kepala daerah ada di tangan relawan politik.
Sudah saatnya relawan memiliki strategi dengan pendekatan agama, pendekatan kultur, pendekatan hati, pendekatan prilaku dan pendekatan nyata pada masyarakat. Dan tinggalkan pendekatan yang bisa merugikan calon kepala daerah yang diusungnya.
Relawan politik sebaiknya fokus pada perjuangan calon kepala daerah yang diusungnya, abaikan pada calon kepala daerah lain yang hanya menggerus pikiran dan tenaga dengan sia-sia, sehingga targat pencapainnya tidak tercapai bahkan bisa saja menjadi kegagalan.
Jadilah relawan politik yang sabar, karena memang kondisi riil masyarakat saat ini terjadi perubahan paradigma yang berbeda dengan sebelumnya. Sehingga relawan butuh sabar, butuh keteguhan hati dalam proses interaksi dengan masyarakat.
Jika ditelisik lebih jauh, area kerja relawan politik bisa menjadi kunci kesuksesan calon kepala daerah asal cara kerjanya tersistim, masif dan tersurktur turun ke masyarakat door to door dengan tegline yang diusung oleh calon kepala daerah.
Semoga para sahabat relawan politik, bisa memaksimalkan perjuangan politik untuk meraih kemenangan dengan syarat bekerja keras, serta tidak terlalu jumawa. Sebab ukuran keberhasilan relawan politik tergantung skor akhir dari perjuangan.
selamat berjuang pada semua relawan poltik sematkan satu kata yang akan dingat oleh masyarakkat, bahwa relawan adalah bagian terpenting dari proses demokrasi pilkada.
Alahul Musta’an.
Tidak ada komentar
Posting Komentar